5 Filosofi Hidup Angklung, Generasi Muda Wajib Tahu

SINARBANTEN.COM, Serang — Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional dari Indonesia yang sudah banyak dikenal di seluruh Nusantara hingga mancanegara. Eksistensi alat musik yang terbuat dari bambu ini pun menjadi kebanggaan tersendiri dari sisi keunikan harmonisasi nada yang tercipta.

Pada 16 November 2010, Angklung resmi ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda. Sejak itu pula Indonesia merayakan Hari Angklung Nasional yang jatuh pada setiap tanggal 16 November.

Selain harmonisasi yang unik, ternyata angklung juga memiliki filosofi mendalam. Berikut ini beberapa filosofi hidup angklung, harmonisasi yang bersumber dari kearifan lokal yang wajib diketahui oleh generasi muda.

  1. Hidup Harus Saling Melengkapi

Bagi urang Sunda, filosofi angklung dikaitkan dengan kehidupan manusia yabg harus saling melengkapi. Bukan tanpa alasan, hal ini dijadikan pondasi mengingat hidup itu tidak selalu sempurna hingga butuh dilengkapi.

Munculnya konsep hidup ini berawal dari makna kata angklung itu sendiri. Secara harafiah, angklung memiliki arti nada yang pecah atau nada yang tidak lengkap.

  1. Harmoni Satukan Perbedaan

Angklung juga hadir dengan filosofi penyatuan perbedaan yang berujung pada harmoni. Konsep ini merujuk pada bentuk tabung angklung yang terdiri dari berbagai ukuran dan not yang berbeda.

Setiap not nada tersebut berdiri sendiri dan bahkan berbeda satu dengan lainnya. Tanpa disadari, cara angklung berbunyi menjadi kumpulan nada harmonis sejalan dengan perkembangan hidup manusia.

  1. Kunci Hidup Harmonis Adalah Kekompakan dan Kesabaran

Dalam memainkan alat musik angklung, butuh kekompakan, kesabaran, dan tenggang rasa agar bisa membawakan lagu yang utuh. Setiap not tidak selalu berbunyi bersamaan hingga harus tahu kapan berhenti dan bermain menyesuaikn kebutuhan nada sesuai irama.

  1. Belajar Berkonsentrasi

Filosifi angklung selanjutnya berhubungan dengan cara meraih keberhasilan yang membutuhkan fokus. Bukan asal menggoyangkan bambu, membangun harmonisasi nada dari angklung membutuhkan konsentrasi yang tinggi.

  1. Pusat Keselarasan

Dalam angklung, keselarasan musik juga bergantung pada pemimpin di depan. Tim angklung bisa sukses saat kepemimpinan konduktor menjadi pondasi utama dalam menyelaraskan perbedaan not untuk dibunyikan sesuai notasi lagu. *[ Redaksi SB ] 🙏🙏