SINARBANTEN.COM, Lebak – Ritual adat Seren Taun merupakan tradisi lokal yang memiliki makna bagi keberlangsungan pangan masyarakat. Dampak yang terasa dari tradisi itu adalah masyarakat Kasepuhan Cisungsang yang tersebar di sembilan desa, hingga kini belum pernah mengalami krisis pangan, karena hasil panen selalu melimpah dan tidak diperjualbelikan.
Persediaan hasil panen selalu penuh, dengan penduduk sekitar 9.000 kepala keluarga (KK) dan rata-rata satu KK memiliki dua lumbung pangan atau leuit, sehingga total ada 18.000 leuit di wilayah itu.
Masyarakat adat itu membangun leuit, biasanya berada di belakang rumah atau berdekatan dengan dapur, sehingga kaum perempuan mudah untuk mengambilnya, saat akan memasak. Tidak jarang, padi yang ada di dalam leuit itu merupakan hasil panen 20 tahun lalu.
Persediaan pangan berupa gabah hasil dari huma dan sawah dapat memenuhi konsumsi keluarga, termasuk untuk keperluan menggelar acara pernikahan, sunatan maupun pesta adat lainnya.
Dengan pola penyimpanan di leuit itu, masyarakat Kasepuhan Cisungsang belum pernah mengalami kerawanan pangan, apalagi kekurangan, meskipun pada musim tertentu, sawah atau huma mereka terserang penyakit yang mengakibatkan gagal panen.
Jika gagal panen, mereka tertolong karena memiliki stok padi yang disimpan di leuit sebagai cadangan ketahanan pangan keluarga. Kondisi yang sama pernah mereka alami, saat Indonesia dan sejumlah negara di dunia mengalami pandemi COVID-19. Mereka tinggal memanfaatkan pangan cadangan yang sudah tersedia.
Apalagi, pada saat pandemi itu, negara kembali hadir dengan memberikan bantuan sosial kepada warga di wilayah kasepuhan itu, lewat Badan Pangan Nasional (Bapanas), khususnya bagi warga yang masuk dalam kategori Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Ketersediaan pangan yang cukup itu juga berpengaruh pada masalah kesehatan. Saat ini, di masyarakat Kasepuhan Cisungsang belum ditemukan adanya kasus gizi buruk maupun anak stunting, berdasarkan laporan dari Puskesmas Cibeber, 2024.
Untuk memenuhi keperluan yang harus mengeluarkan uang, masyarakat daerah itu biasanya menjual hasil panen padi pada masa panen kedua atau menjual hasil tanaman lainnya, seperti kelapa, pisang, dan dari kebun cengkih. Selain itu, dari mereka juga ada yang bekerja di luar pertanian, seperti berdagang, mengojek, atau ada yang menjadi pegawai negeri sipil (PNS). *[ Redaksi SB ] 🙏🙏

Masyarakat Adat Di Lebak Tidak Pernah Krisis Pangan. Ini Rahasianya
adminNov 03, 2024Agro Industri KeuanganKomentar Dinonaktifkan pada Masyarakat Adat Di Lebak Tidak Pernah Krisis Pangan. Ini Rahasianya
Previous PostPemprov Banten Dukung Pelestarian Budaya Di Kabupaten Lebak
Next PostMasyarakat Adat Kasepuhan Cisungsang Terima Penghargaan Kharisma Event Nusantara 2024




























