Sekolah Akan Kembali Dilakukan Dengan Tatap Muka Terbatas

SINARBANTEN.COM, Jakarta – Melansir data Satgas Covid-19, hingga Selasa (15/6) ada tambahan 8.161 kasus baru yang terinfeksi corona di Indonesia. Sehingga total menjadi 1.927.708 kasus positif Corona.

Sementara itu, jumlah yang sembuh dari kasus Corona bertambah 6.407 orang sehingga menjadi sebanyak 1.757.641 orang. Sedangkan jumlah orang yang meninggal akibat virus Corona di Indonesia bertambah 164 orang menjadi sebanyak 53.280 orang.

Menanggapi meningkatnya kasus Corona di Indonesia dan pembukaan kembali sekolah tatap muka, beberapa hari yang lalu Presiden Joko Widodo menjelaskan sistem yang harus dipakai bila sekolah kembali dilakukan yaitu dengan sekolah tatap muka berbatas, satu kelas hanya diisi 25%, maksimal pembelajaran dua jam dan satu minggu hanya dua kali.

Terhadap sistem yang diajukan presiden, Hendri Widiantoro, analis Erdhika Elit Sekuritas setuju dengan syarat hanya untuk siswa SMA.

“Menurut saya, siswa SMA akan lebih baik tingkat pemahamannya dan kesadarannya terhadap Covid-19 sehingga dapat lebih optimal pelaksanaannya. Sedangkan anak SMP ke bawah, saya rasa tingkat kesadarannya masih rendah, cenderung kurang paham, dan susah diatur, sehingga dalam pelaksanaan prokes dalam proses belajar tatap muka akan kurang optimal,” kata Hendri, Selasa (15/6/2021).

Senada, analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menilai bahwa selama protokol kesehatan berjalan dengan baik di sekolah, maka dia setuju. Yaki juga beranggapan bahwa anak harus dibekali dengan masker, face shield, dan hand sanitizer ketika hendak pergi ke sekolah. Selain itu juga makan dan minuman dibawa dari rumah.

Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mendukung kebijakan ini. Dia menilai bahwa anak-anak lebih banyak bermain ketika sekolah daring.

“Yang capek ini adalah orang tua, keluarga di rumah. Anak-anak perlu doktrin dari gurunya yang selama masa pandemi sudah berubah. Anak juga perlu bimbingan dari orang tuanya selama belajar daring, apabila orang tuanya bekerja maka anak tidak ada pembimbingnya,” kata Ibrahim.

Walaupun begitu, Ibrahim menilai sekolah tatap muka perlu dijalankan dengan memperhatikan protokol kesehatan, dan hal ini sudah dijalankan di sekolah anaknya, seperti jaga jarak, dan pakai masker.

Sementara itu, Alwi Assegaf, analis Global Kapital Investama tidak setuju dengan kebijakan pelaksanaan sekolah tatap muka untuk saat ini. Dia menilai kondisi belum kondusif terutama bagi anak-anak.

“Hingga kini, penyebarannya masih tinggi, dikhawatirkan ada kluster baru, yaitu kluster sekolah,” pungkas Alwi. *[ Redaksi SB ]🙏🙏