SINARBANTEN.COM, Serpong – Saat ini kendala yang dihadapi mayoritas petani, khususnya petani melon di Cilegon adalah mereka tidak mempunyai keahlian untuk melakukan tanam pada musim paceklik ini, karena disebabkan persediaan air yang minim bahkan tidak ada.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka puluhan petani melon didampingi oleh tim dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Cilegon melakukan studi banding ke Balai Besar Mekanisasi Serpong dan Balai Penelitian Sayuran di Lembang, Jawa Barat, Rabu (20/11/2019).
Adapun tujuan studi banding tersebut untuk belajar pertanian dan perkebunan yang menggunakan sistem irigasi tetes karena sangat efesien baik biaya operasional dan produksi.
Kepala DKPP Kota Cilegon, Wawan Hermawan menyatakan, masalah utama petani melon di Cilegon adalah tidak melakukan tanam pada musim paceklik ini, disebabkan kurangnya persediaan air.
“Ada sebagian petani melon yang tidak melakukan tanam, karena airnya sangat tipis. Padahal saat ini Kota Cilegon dikenal dengan buah melon yang bagus,” katanya.
Wawan memaparkan, jadi melalui sistem irigasi tetes walaupun musim kemarau, para petani tetap bisa mendapatkan air untuk melakukan pengairan dilahannya. Hal inilah yang menarik bagi pihaknya untuk melakukan kunjungan.
“Sistem air tetas bagi kami adalah hal yang baru, namun bagi warga Lembang tidak. Disana mereka berhasil melakukan tanam melon dan buah lainnya. Program tetes air ini sangat bagus untuk mengantisipasi musim kemarau tahun depan. Selain itu juga bisa hemat biaya produksi dan untuk listrik juga hemat,” ujarnya.
Walaupun sistem ini masih baru, kata dia,ada beberapa petani yang sudah menggunakan sistem tetes air. Namun, kata dia secara keilmuan masih kurang dan belum berhasil, sehingga hasilnya juga kurang memuaskan.
“Sebenarnya para petani melon sudah pernah melakukan irigasi tetes. Tapi belum berhasil dan sering mengalami kegagalan. Kegagalan terjadi karena banyak yang belum memahami secara keseluruhan. Hanya meniru saja, tapi belum paham betul,” pungkasnya. *[ TI ] ??