BNPB: Sepanjang Tahun 2019, Indonesia Alami 25 Kali Gempa Bumi

SINARBANTEN.COM, Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat bencana geologi seperti gempa bumi terjadi sebanyak 25 kali sepanjang 2019.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan gempa mengakibatkan korban meninggal 68 jiwa, luka-luka 1.889 dan mengungsi 312.110.

Adapun kerusakan yang diakibatkan guncangan gempa menimpa ribuan rumah. Dia merinci rumah rusak berat berjumlah 8.587 unit, rusak ringan 6.304 rumah dan rusak ringan mencapai 6.536 bangunan.

“Sedangkan sektor lain, fasilitas pendidikan 474 unit, peribadatan 173 dan kesehatan 108 unit,” katanya melalui keterangan resmi, Kamis (31/10/2019).

Agus menjelaskan sejumlah sebaran bencana banyak terjadi di Pulau Jawa. Kejadian bencana tertinggi terjadi di Jawa Tengah dengan 748 kejadian, disusul Jawa Barat 593, Jawa Timur 455, Aceh 149 dan Sulawesi Selatan 142 kejadian.

Selain itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terjadi hingga 31 Oktober. Data BNPB titik panas di wilayah prioritas penanganan karhutla di Sumatra Selatan sebanyak 185 titik, Jambi 8, dan Riau tidak terdeteksi.

Sedangkan di Kalimantan Tengah, titik panas berjumlah 134 titik, Kalimantan Selatan 107 dan Kalimantan Barat 36 titik. Selain itu, kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 dan bersumber dari KLHK masih pada ambang sedang hingga tidak sehat.

Sementara itu kualitas udara tidak sehat masih terpantau di Kalimantan Tengah, Jambi dan Sumatra Selatan, sedangkan wilayah lain pada kualitas sedang. Karhutla pada kawasan lain terpantau masih terjadi di Gunung Cikuray, Sumbing, Ungaran dan Rinjani.

Luas lahan terdampak di seluruh wilayah Indonesia mencapai 857.756 hektare.

“Memasuki bulan November ini, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem. BMKG menginformasikan bahwa perlu kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada periode transisi musim atau pada November hingga Desember. Potensi gelombang tinggi selama November perlu diwaspadai di perairan barat Sumatra hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara Barat,” ujarnya.

Di samping potensi bahaya karena iklim dan cuaca, warga diimbau selalu waspada terhadap potensi ancaman bahaya gempa bumi. Bahaya gempa tidak dapat diperkirakan sehingga kita harus selalu waspada dan siaga.

Dampak pada korban dan kerusakan biasanya diakibatkan bukan karena gempa tetapi akibat bangunan yang terdampak gempa. *[ HY ] ??