BMKG SERANG: Kekeringan Akan Melanda Sebagian Besar Wilayah Banten

SINARBANTEN.COM, Serang – Akibat panjangnya musim kemarau yang terjadi sejak April hingga Oktober mendatang, diperkirakan sebagian besar wilayah Provinsi Banten rawan terjadi kekeringan

Berdasarkan peta zona musim prakiraan awal musim kemarau 2019, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Serang, awal musim kemarau pada zona Banten utara terjadi mulai April dasarian (hitungan per 10 hari) satu sampai dua. Sedangkan zona Banten selatan terjadi mulai Juni dasarian satu sampai tiga.

Prakirawan BMKG Kelas I Serang Rofikoh menjelaskan, dari peta zona musim memprediksi curah hujan rendah akan terjadi di Banten secara umum sepanjang Juli sampai September. “Puncak kemarau akan terjadi pada Agustus,” katanya saat ditemui di kantor BMKG yang berlokasi di Jalan Raya Taktakan No. 27, Drangong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Kamis (27/6).

Melihat normal panjang musim, lanjut Rofikoh, wilayah Banten akan mengadapi kemarau sampai Oktober. Curah hujan yang rendah bakal melanda Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kab Tangerang, Kab Serang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kab Pandeglang, Kab Lebak. Sedangkan, curah hujan yang sedang atau menengah hanya terjadi pada sebagian kecil Kabupaten Serang bagian selatan, Kabupaten Pandeglang bagian timur laut, dan Lebak bagian barat laut.

Kondisi tersebut memungkinkan terjadi kekeringan pada hampir seluruh Banten. “Sebab daerah-daerah tersebut curah hujannya rendah,” ujarnya.

Daerah tersebut meliputi Banten Utara yang meliputi Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Serang bagian utara, dan Cilegon. Kemudian, Banten bagian selatan yang meliputi Lebak dan Pandeglang.

Pihak BMKG mengimbau agar masyarakat mewaspadai potensi terjadi kebakaran hutan lantaran kondisi yang kering. Tak terkecuali pada wilayah permukiman. “Tapi yang paling perlu diwaspadai ketersediaan air atas panjangnya kemarau,” kata Rofikoh.

DI PANDEGLANG MELUAS

Dampak bencana kemarau yang terjadi dua bulan terakhir, mengakibatkan wilayah kekeringan di Kabupaten Pandeglang terus meluas.

Sebelumnya melanda warga di Desa Cijakan, Kecamatan Bojong; Desa Kadubera dan Desa Ganggaeng, Kecamatan Picung; Desa Surianeun, Kecamatan Patia; dan Dasa Sukasaba, Kecamatan Munjul. Kini musibah itu meluas ke Desa Pasirlancar, Kecamatan Sindangresmi. Kondisinya, selain sumur-sumur warga mengering, aliran Sungai Ciliman dan Cilemer tercemar air laut dan tidak bisa dikonsumsi lantaran berasa asin.

Ditemui di kantornya, Kasi Damkar dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang Endan Permana mengaku belum mendapatkan laporan meluasnya wilayah kekeringan ke Kecamatan Sindangresmi. “Untuk Kecamatan Sindangresmi belum ada laporan. Kalau warga di Kecamatan Patia, Picung, Bojong, dan Kecamatan Munjul sudah kami kirim air bersih untuk minum warga,” kata Endan, Sabtu (29/6/2019).

Endan mengaku belum bisa memastikan kapan berakhir bencana kemarau ini, karena belum ada informasi dari BMKG. “Tetapi kondisi cuaca dua hari ke depan masih kategori hujan lokal. Mungkin hujan itu juga tak berpengaruh bagi sumber air pada sumur warga yang mengalami kekeringan,” terangnya.

Pihaknya akan terus memasok air bersih kepada warga yang mengalami kesulitan air bersih dengan menggunakan armada, setidaknya mereka bisa mendapatkan air minum. “Kalau cuacanya seperti ini terus maka bisa memungkinan daerah kekeringan akan tarus bertambah,” katanya.

Dihubungi melalui telepon seluler, Camat Patia Atang Suhana mengakui mendapatkan laporan dari warga di Kampung Dungushaur, Desa Surianeun sudah mengalami kesulitan air bersih, khususnya untuk mandi dan minum. “Kami juga sudah melaporkan kondisi wilayah kekeringan itu ke Pemkab, agar ada solusi soal ketersediaan air bersih. Bagaimana pun juga harus ada pasokan air minum setiap harinya, agar warga tidak kesulitan mencari air minum,” katanya.

Dihubungi melalui telepon seluler, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pandeglang Raden Dewi Setianti mengaku sudah meminta para petugas di setiap puskesmas untuk siaga dalam mengantisipasi kesehatan warga. Khususnya di wilayah kekeringan. “Jangan sampai mereka di wilayahnya kesulitan air bersih sampai-sampai minum air kotor dan mengakibatkan diare dan lainnya,” katanya.

LANGGANAN KEKERINGAN

Dua dari delapan kecamatan di Kota Cilegon yaitu Kecamatan Grogol dan Kecamatan Pulomerak rawan kekeringan. Sejumlah lingkungan di dua kecamatan itu selalu menjadi langganan kekeringan setiap musim kemarau tiba.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Darlog) pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon Ahmad Mafruh menjelaskan, di Kecamatan Grogol, lingkungan yang menjadi langganan kekeringan adalah lingkungan Batulawang. Sedangkan di Kecamatan Pulomerak, yaitu Lingkungan Cipala dan Tembulun.

Menurut Mafruh, sejauh ini laporan kekeringan yang ia terima terjadi di Batulawang. Ratusan warga di RT 01 dan RT 02 RW 09 mulai mengalami kesulitan air bersih. Hal itu karena air yang keluar dari sumber mata air yang selama ini menjadi andalan warga mulai berkurang. “Di lingkungan itu ada 210 KK (kepala keluarga), jumlah seluruh jiwa 850 jiwa,” ujarnya, Kamis (27/6/2019).

Menurutnya, daerah-daerah yang selalu menjadi langganan kekeringan itu berada di area dataran tinggi alias perbukitan. Menyikapi hal tersebut pemerintah akan memberikan bantuan air bersih melalui PDAM Cilegon Mandiri.

WILAYAH PESISIR

Wilayah Kabupaten Serang yang berpotensi kekeringan yakni di daerah pesisir Serang Utara meliputi Kecamatan Pontang, Tirtayasa, Tanara, Lebakwangi, Carenang. Ada juga sebagian kecamatan di Serang Timur dan di Kecamatan Bojonegara. Wilayah-wilayah itu setiap musim kemarau selalu terjadi kekeringan. “Yang hampir merata itu di Serang Utara, Serang Timur sebagian,” ujar Operator Pusat Pengendalian Operasional (Pusdalops) BPBD Kabupaten Serang Joni Efendi.

Menurut Joni, kekeringan di wilayah Serang Utara selain faktor cuaca juga dilaterbelakangi kondisi geografis yang berada di wilayah pesisir. Kemudian, serapan air dari hutan yang sudah mulai berkurang. Di Serang Timur, juga dilatarbelakangi sumber air yang terkena limbah industri. “Di wilayah Serang Utara hampir setiap tahun mengalami krisis air bersih, bahkan bukan hanya saat musim kemarau saja,” terangnya.

Pihaknya mengaku akan mengeluarkan surat edaran kepada beberapa instansi di wilayah yang rawan kekeringan. Dalam surat edaran itu, terdapat imbauan di antaranya pemanfaatan sumber air yang efektif, memprioritaskan pemanfaaatan sumber air untuk keperluan baku, menanam pohon, dan membuat dan memperbanyak sumber resapan dengan tidak menutup semua permukaan lingkungan rumah dengan plester atau keramik.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Serang Nana Sukmana Kusuma mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan 10 mobil tangki untuk melayani masyarakat jika terjadi krisis air bersih. Selain itu, fasilitas lainnya juga bisa didukung oleh Dinas Sosial (Dinsos) dan PDAM Tirta Albantani. “Ini fenomena alam yang tidak bisa dihindari, sebenarnya bukan kekeringan, tapi krisis air bersih,” katanya.

LEBAK WASPADA

Sama seperti daerah lain, Pemkab Lebak mewaspadai ancaman kekeringan. Pemkab Lebak mengaku telah menerima informasi dari BMKG bahwa sekarang telah memasuki musim kemarau. Untuk itu, melalui BPBD telah menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi ancaman kekeringan di 17 kecamatan yang rawan terdampak kekeringan.

Sementara itu di wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang belum ada wilayah yang terancam kekeringan. “Di Kabupaten Tangerang sampai saat ini belum ada laporan dan keluhan warga yang kekeringan air. Karena hujan masih turun meskipun tidak sering,” kata Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Agus Suryana, Kamis (27/6/2019).

Agus Menjelaskan, ada empat arus sungai yang melintas di Kabupaten Tangerang, yakni Cidurian, Cimanceuri, Cisadane, dan Cirarab. Meskipun kemarau panjang, tidak terlalu sulit soal kebutuhan air. Menurutnya, kesulitan air paling parah yang pernah terjadi sekira 2016 akibat pintu air 10 di Kota Tangerang yang jebol dan berimbas pada kekeringan di Kabupaten Tangerang.

“Tetapi memang kalau air bersih masyarakat akan kesulitan kalau kemarau panjang datang. Biasanya paling parah di daerah Utara Kabupaten Tangerang. Saya mengalami kekeringan itu di Pakuhaji, Sepatan, Gunungkaler, dan Mekarbaru,” jelasnya. *[ AS ] ??

Sumber : Harian Radar Banten