SINARBANTEN.COM, Pandeglang – Khusus bagi korban tsunami Selat Sunda
yang memiliki dokumen hilang penting seperti ijazah warga rusak atau hilang saat terjadi bencana, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy akan menyiapkan pengganti ijazah bagi mereka.
Upaya itu dilakukan karena bencana tidak saja menelan korban jiwa dan rumah rusak, namun dokumen penting seperti ijazah warga rusak atau hilang saat terjadi bencana.
Hal itu dikatakan Mendikbud saat menghadiri acara gerakan berbagi satu juta boneka dan mainan anak-anak korban tsunami Selat Sunda di SDN Kadumerak 1, Kecamatan Karangtanjung, Kabupaten Pandeglang, Senin (11/2/2019).
Mendikbud Muhadjir juga memastikan proses belajar mengajar (KBM) korban tsunami Selat Sunda di Kabupaten Pandeglang sudah berjalan normal.
Pascabencana tsunami yang menewaskan ratusan korban jiwa tidak terbayangkan bagaimana psikologis anak korban tsunami. Maka dari itu, lanjut Muhadjir, semua pihak harus terlibat dalam penanganan pascabencana supaya anak bisa pulih kembali dan bisa hilang dari trauma.
“Kita memastikan kondisi psikologis anak-anak siap memasuki pelajaran kembali,” ujar Muhadjir.
Menurut dia, tsunami Selat Sunda yang disebabkan erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) tidak hanya merusak ratusan rumah warga dan dokumen pribadi warga seperti ijazah. Oleh karena itu, Muhadjir menegaskan kembali bahwa Kemendikbud akan menyiapkan ijazah pengganti.
“Nanti dikeluarkan ijazah pengganti, kalau ijazah kan gak bisa diganti hanya bisa berupa surat keterangan pengganti ijazah dan itu berlaku,” ucapnya.
Sementara itu, di lokasi yang sama Klinik Digital Vokasi UI bersama organisasi kemasyarakatan peduli anak Indonesia menggelar gerakan berbagi satu juta boneka dan mainan kepada anak-anak korban tsunami Selat Sunda.
Hadir dalam acara itu, Jefri Nichol Fans Club, Kak Seto, tokoh internasional perlindungan anak dan penggagas #SayaSahabatAnak dan Asda III Pemkab Pandeglang, Undang Suhendar. Para relawan gerakan berbagi boneka dan mainan untuk korban tsunami.
Founder Klinik Digital Vokom UI Devie Rahmawati mengatakan, gerakan satu juta boneka untuk memastikan bahwa anak-anak korban bencana mendapatkan perhatian terkait penguatan psikologi untuk menghadapi kehidupan pascabencana.
“Boneka sejak 1000 tahun sebelum masehi memang sudah dikenal sebagai teman bermain tertua bagi anak, boneka mampu menjadi cermin dari sang anak dan mampu membantu anak untuk dapat memahami dirinya dan lingkungan,” ujar Devie.
Ia mengatakan, sebuah studi di Amerika Serikat, beberapa anak merawat boneka yang dianggapnya sebagai teman yang perlu diperhatikan, maka perilaku itu membantu anak untuk mengalihkan kesedihan dan trauma.
Sementara itu, penggiat peduli anak, Kak Seto mengatakan, gerakan sejuta boneka untuk anak-anak merupakan gerakan yang akan dilaksanakan di seluruh Indonesia, karena terbukti mampu mengatasi trauma dan gangguan psikis.
“Gerakan ini akan terus digaungkan ke seluruh Indonesia, dimana posko pengumpulan akan tersebar di berbagai provinsi, dalam upaya mengantisipasi potensi bencana. Diharapkan, logistik bantuan boneka dan mainan anak ini siap disebarkan kapanpun dan dimanapun,” tuturnya. *[ IP ] ??