PCNU Bantah Hasil Penelitian Setara Institute Cilegon Minim Toleransi

SINARBANTEN.COM, Cilegon – Baru-baru ini Setara Institute mempublikasikan hasil penelitiannya yang menyatakan Kota Cilegon termasuk kota minim toleransi,

Menanggapi hal tersebut, Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Cilegon, Hifdullah langsung membantah hasil penelitian tersebut. “Meskipun di daerah yang dikenal dengan sebutan kota baja itu tidak ada gereja maupun vihara, namun penganut agama lain bebas menjalankan ibadah menurut keyakinannya masing-masing, “jelasnya.

“Saya kira harus dilihat dari ukuran penilaian seperti apa. Jangan sampai dikaitkan dengan agama atau pendirian tempat ibadah,” kata Hifdullah, Senin (10/12/2018).

Berdasarkan informasi yang dia terima, aliran Kristen Protestan tumbuh subur di Kota Cilegon. Bahkan, kata dia, aliran Ahmadiyah maupun Syiah sudah ada di Cilegon. Begitu juga atheis dan juga aliran lainnya, tumbuh di Cilegon. “Jadi kami mempertanyakan ukuran intoleransinya apa,” ujarnya.

Hal yang sama dikatakan Pembina Yayasan Kampung Madani Juju Juhana. Menurut dia, harus ada tolok ukur dalam melakukan penilaian ukuran toleransi. Sebagai kota industri, menurut dia, Cilegon menerima siapapun yang mau berinvestasi dengan tetap memegang teguh kearifan lokal.

“Jadi menurut saya, minim toleransi ukurannya apa. Kalau dari ukuran ekonomi di investor, saya kira baik-baik saja. Bahkan, belum lama ini PT Lotte Chemical sudah melakukan groundbreaking dengan nilai sebesar Rp 52 triliun. Adalah hal yang aneh, tidak ada ukuran tiba-tiba saja lembaga survei langsung mengklaim minim toleransi,” tuturnya.

Sedangkan soal ketenagakerjaan, kata Juju, dirinya mendapatkan informasi terkait dengan banyaknya pendatang yang bersaing dengan penduduk lokal. Kebijakan untuk melakukan rekrutmen tenaga kerja dari warga sekitar, menurut dia sudah cukup bagus.

“Artinya, kearifan lokal saat ini sudah diikuti dan dipahami oleh industri dalam melakukan rekrutmen tenaga kerja. Jadi, saya kira untuk ukuran toleransi masih bisa dan patut dipertanyakan,” ucapnya.

Sebagai informasi, sebanyak 10 kota mendapat penilaian paling toleran 2018 berdasarkan hasil penilaian indeks kota toleran (IKT) yang dilakukan Setara Institute. Kota dengan peniliaian IKT tertinggi adalah Singkawang, Kalimantan Barat dengan skor 6.513, Salatiga dengan IKT 6.447, Pematang Siantar (6.280), Manado (6.030) Ambon (5.960), Bekasi (5.890), Kupang (5.857), Tomohon (5.833) Binjai (5.830) dan Surabaya (5.823).

Tetapi ada sembilan kota lain yang dinilai minim toleransi adalah Banda Aceh, Jakarta, Cilegon, Padang, Depok, Bogor, Makassar, Medan dan Sabang. Setara menyusun peringkat kota paling toleran berdasarkan praktik toleransi di kota-kota di Indonesia. Ada 94 kota yang teliti tingkat toleransinya. *[ AA ] ??