Peternak Babi Harus Waspadai Penyebaran Penyakit ASF

SINARBANTEN.COM, Jakarta – National Technical Adviser dari FAO ECTAD Indonesia Andri Jatikusumah mengatakan, Indonesia perlu waspada ancaman penyakit African Swine Fever (ASF). Penyakit yang menyerang babi ini dikabarkan terjadi di beberapa negara, terutama yang memiliki banyak populasi babi. Sampai saat ini belum ada vaksin dan pengobatannya.

Menurut Andri, satu-satunya cara mencegah penyebaran dan mengendalikan kasus apabila sudah terjadi adalah memusnahkan babi-babi tersebut.

Meski pun beberapa negara Eropa berhasil memberantas penyakit ini, namun sampai akhir Oktober 2018, sebaran penyakit ASF masih cukup banyak di dunia.

Berdasarkan kajian analisis risiko, Indonesia mesti mewaspadai kemungkinan masuknya ASF melalui pemasukan daging babi dan produk lainnya.

“Sisa-sisa katering transportasi internasional (laut dan udara), serta orang yang terkontaminasi virus ASF dan kemudian kontak dengan babi di Indonesia juga harus diwaspadai,” tambah Ketua Komisi Ahli Kesehatan Hewan Indonesia Tri Satya Putri Naipospos (1/11/2018).

Sementara itu, Ida Bagus Ardana selaku pengurus Asosiasi Dokter Hewan Monogastrik Indonesia (ADHMI) dan juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Udayana menjelaskan, kemampuan deteksi dini penyakit hewan sangat diperlukan agar penyakit ASF segera tertangani dan tidak sampai menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.

Ardana menyampaikan, biosekuriti adalah strategi utama mencegah penyebaran ASF di peternakan-peternakan babi di Indonesia.

Senada dengan Ardana, Widya Asmara, pakar penyakit hewan dan guru besar FKH Universitas Gadjah Mada mengatakan, peternak dan petugas kesehatan hewan perlu memahami tanda-tanda klinis penyakit ASF. *[AS] ??