SINARBANTEN.COM, Jakarta –Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor memperkirakan kepesertaan dalam pemilihan Jokowi vs Prabowo di kisaran 70 persen. Jadi kemungkinan besar target tingkat partisipasi pemilih dalam Pilpres 2019 sebesar 80 persen, diprediksi sulit tercapai. (28/10)
Firman menjelaskan, acuan yang mereka gunakan adalah pelaksanaan pilkada serentak 2018. Saat itu tingkat partisipasi pemilihnya juga tidak tinggi- tinggi amat.
Salah satu penyebab tingkat partisipasi pemilih dalam pilpres tidak bisa maksimal adalah sikap apolitis di kalangan masyarakat semakin luas. Dia mencontohkan, masyarakat di pedesaan lebih memilih mengejar upah ke sawah Rp80 ribu per hari ketimbang ikut mencoblos. Selain itu, prediksi minimnya partisipasi pemilih dipicu belum naiknya performa para politisi. Keterikatan masyarakat
Meski begitu, Firman mengatakan, “Tingkat partisipasi pemilih dalam Pilpres 2019 tidak berarti sebuah angka mati alias tidak bisa diupayakan meningkat. Potensi meningkatkan partisipasi pemilih dalam pilpres ada pada sosok capres dan cawapres itu sendiri.”
Dia mencontohkan, ketika saat ini ekonomi dinilai kurang bagus, dibutuhkan sosok yang bisa menawarkan solusi. Kemudian, jika saat ini dirasakan ada keresahan sosial dan konflik, dibutuhkan sosok yang bisa menekannya.
Hal senada juga diungkapkan Ketua KPU Arief Budiman setelah apel pengamanan Pemilu 2019 di lapangan Monas pada medio September lalu. “KPU sejak awal memang memasang target tinggi dalam partisipasi pemilih Pemilu 2019. Target kami partisipasi mencapai 77,5 persen, insya Allah. Agar target tercapai, penyelenggara pemilu, terus aktif mengajak masyarakat menggunakan hak pilihnya pada 17 April 2019 mendatang. *[ AS ] ??