SINARBANTEN.COM, Lebak – Mungkin hingga kini banyak orang belum tahu bahwa Masyarakat Kampung Leuwidamar dengan sikap pluralisnya mampu hidup bersama dalam perbedaan agama, suku, bahasa, sosial, dan budaya itu menjadi suatu wilayah yang aman dan sejahtera.
Padahal masyarakat di kampung itu terdiri atas perbedaan keyakinan. Ada yang menganut Islam, Kristen, Katolik, termasuk Kepercayaan Sunda Wiwitan bagi warga Badui.
Meskipun demikian, perbedaan keyakinan itu justru semakin menguatkan rasa kebersamaan, kedamaian, dan kecintaan untuk saling menghargai dan menghormati.
Masyarakat setempat juga sering bergotong royong dengan tetangga saat memperbaiki rumah, khususnya bagi warga yang tidak mampu. Gotong royong itu juga dilakukan saat perbaikan tempat ibadah serta kebersihan lingkungan.
Kegiatan itu menjadi bagian penting dan wajib untuk saling membantu dan tolong menolong sesama manusia tanpa perbedaan.
Bahkan, kampung halaman pelawak Dedi Gumelar alias “Miing” yang berada di kawasan Gunung Kendeng itu hingga kini belum pernah terjadi konflik sosial.
Keharmonisan, kerukunan, dan kedamaian sangat dirasakan sehari-hari oleh masyarakat setempat maupun tamu yang mengunjungi kampung itu.
Selain itu juga masyarakat di kawasan tidak ada politik identitas yang bisa memecah belah kerukunan dan keharmonisan.
Masyarakat di kawasan itu mengutamakan kedamaian dan kebersamaan sehingga hidup nyaman dalam sikap saling menghargai.
Jadi tidaklah heran, bila Kementerian Agama RI menunjuk Kampung Leuwidamar menjadi Kampung Moderasi Beragama, karena kerukunan dan keharmonisan antarumat beragama di wilayah berjalan dengan baik.
“Kami setiap pekan memberikan penguatan kepada masyarakat di daerah itu agar tercipta rasa persatuan, kedamaian dan kebersamaan di tengah perbedaan keyakinan,” kata Erni, seorang penyuluh dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, sebagaimana dikutip dari laman antaranews.com, Kamis (20/7/2023).*[ Redaksi SB ]🙏🙏