Benarkah Kuntilanak Hanya Cerita Mitos Dan Modus?

SINARBANTEN.COM, Serang – Berdasarkan hasil penelitian antropolog dari Jerman, Timo Duile yang dipublikasikan dalam Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia pada 2020 dengan judul “Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia”, mengemukakan, bahwa narasi tentang kuntilanak adalah mitos dan modus ‘pencerahan dalam arti luas’, yaitu sebagai ‘kemajuan pemikiran’.

Tujuannya adalah untuk membebaskan manusia dan menempatkan mereka sebagai penguasa.

Menurut Timo, narasi kuntilanak adalah konstitutif bagi konsepsi diri kemelayuan modern sebagai identitas Islam yang beradab, sebagai masyarakat madani.

“Dengan demikian, konsep ini kontras dengan alam pedalaman Kalimantan yang liar dan menakutkan. Bukan hanya konsep diri kemelayuan di Pontianak, tetapi juga masyarakat modern dan maju di negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura pada umumnya,” terangnya.

KUNTILANAK MEWUJUDKAN DIMENSI TRAUMATIS

Meski begitu, Timo menekankan bahwa persepsi mitos ini ada konsekuensinya. Sebab, kuntilanak telah mewujudkan dan mempertahankan dimensi traumatis dari masyarakat lain.

Oleh karena itu, ketika berhadapan dengan masyarakat modern dan narasi modern, Timo berpendapat bahwa faktor-faktor seperti agama dan animisme tidak boleh dianggap sebagai kebalikan dari modernitas atau ontologi modern/Barat.*[ Redaksi SB ]🙏🙏