SINARBANTEN.COM, Jakarta – Dalam 10 tahun terakhir ini hingga 2019, kunjungan wisatawan ke Taman Nasional (TN) Komodo meningkat signifikan Kemudian, pandemi membuat jumlah wisatawan pada 2020 – 2021 terjun bebas.
Sebagai informasi, pada 2014, jumlah wisatawan sekitar 100 ribu wisatawan. Di tahun 2019 menjadi dua kali lipatnya mencapai 200 ribu orang. Adapun di masa pandemi dengan pembatasan menjadi kurang dari 50 ribu.
Oleh karena itu, pengelola Taman Nasional Komodo berencana membatasi jumlah wisatawan. Disebut sebagai upaya ideal untuk menjaga kelestarian komodo dan kawasan itu.
Pembatasan wisatawan tersebut dilakukan berdasarkan kajian yang dibuat oleh Tim Ahli Kajian Daya Dukung Daya Tampung Berbasis Jasa Ekosistem di Pulau Komodo, Pulau Padar, dan Kawasan Perairan di sekitarnya, diprediksi jumlah kunjungan wisatawan ke TN Komodo akan kembali melonjak setelah pembatasan dicabut.
Angkanya diprediksi mencapai hampir 300 ribu orang pada 2030 dan 480 ribu pada 2045. Padahal, jumlah pengunjung ideal di TN Komodo sebanyak 219 ribu per tahun atau maksimalnya 292 ribu per tahun.
Jumlah turis yang berlebihan di TN Komodo dinilai dapat mempengaruhi kenyamanan komodo atau Varanus komodoensis.
“Hasil kajian kami merekomendasikan adanya batasan kunjungan wisatawan Taman Nasional Komodo. Lewat skenario pembatasan yang disiapkan, jumlah pengunjung pada 2045 bisa ditekan tak sampai 280 ribu orang per tahun, meski pada 2030 proyeksinya sudah hampir 270 ribu per tahun,” kata Irman Firmansyah, Tim Ahli Kajian Daya Dukung Daya Tampung Berbasis Jasa Ekosistem di Pulau Komodo, Pulau Padar, dan Kawasan Perairan.
Irman menyebut pembatasan jumlah wisatawan itu diyakini dapat menekan hilangnya nilai jasa ekosistem dan nilai manfaat sosial ekonomi. Di antaranya meliputi, tempat tinggal dan ruang hidup, estetika, rekreasi dan ecotourism, biodiversitas, sumber daya genetik, pengaturan iklim, produksi primer, dan air bersih.
Pembatasan jumlah wisatawan itu dilakukan dengan penerapan kebijakan baru TN Komodo. Di antaranya, membatasi jumlah kapal yang menginap di tengah laut, reservasi kunjungan secara online, dan hanya kapal berizin yang bisa mendekati TN Komodo.
Selain itu, TN Komodo akan menata kawasan permukiman sebagai destinasi wisata tambahan, bekerja sama dengan destinasi wisata lainnya untuk meningkatkan length of stay wisatawan, dan menentukan nilai kunjungan berbasis biaya konservasi dari setiap adanya kunjungan berkisar antara Rp 2,9 juta hingga Rp 5,8 juta.
“Saat ini, kami sedang mengupayakan untuk bisa menerapkan sistem yang terintegrasi. Semoga semuanya bisa diterapkan mulai Agustus 2022,” kata Koordinator Pelaksana Program Konservasi di Taman Nasional Komodo, Carolina Noge.*[ Redaksi SB ]🙏🙏