SINARBANTEN.COM, Serang – Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi tumor atau kanker di Indonesia menujukkan peningkatan. Pada 2013 angkanya 1,4 per seribu penduduk. Lalu, tahun lalu angka kejadiannya naik jadi 1,79 per seribu penduduk. Provinsi dengan penderita kanker tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyarta, lalu Sumatera Barat, dan Gorontalo.
Dari semua jenis kanker yang dialami pasien perempuan, kanker payudara menempati posisi tertinggi. Angka kejadiannya sekitar 42,1 per 100 ribu penduduk, dengan rata-rata kematian 17 per 100 ribu penduduk.
Di posisi kedua adalah kanker rahim sebesar 23,4 per 100 ribu penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100 ribu penduduk. Kedua jenis ini merupakan penyakit kanker terbesar yang dialami masyarakat Indonesia.
Untuk pasien laki-laki, jenis tertinggi adalah kanker paru-paru. Angka kejadiannya mencapai 19,4 per 100 ribu penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100 ribu penduduk. Di posisi kedua adalah kanker hati sebesar 12,4 per 100 ribu penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100 ribu penduduk.
Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO) kanker payudara menempati posisi tertinggi di Indonesia, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker.
Dunia medis saat ini tak memiliki obat ampuh yang dapat membunuh sel-sel tersebut. Yang bisa dilakukan adalah menghentikan penyebarannya dan membuat tubuh bisa melawan keganasannya. Caranya dengan operasi, radiasi, transplantasi, dan kemoterapi.
Penemuan obat herbal untuk menyembuhkan kanker di Indonesia sebenarnya tak hanya akar bajakah. Sebelumnya, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor I Ketut Adnyana juga menyebutkan sembilan tanaman yang memiliki potensi menyembuhkan kanker.
Kesembilan tanaman itu adalah tapak dara (Vinca rosea), taxol (Taxus sp), lempuyang wangi (Zingiber zerumbet), temu kunci (Boesenbergia pandurata), melinjo/tangkil (Gnetum gnemon), daun sirsak (Annona muricata), bawang tiwai (Eleuthrine americana), keladi tikus, dan biji dari buah anggur. Ketut juga menyebut propolis dari lebah madu berpotensi menyembuhkan kanker. (Baca: Penanganan Penyakit Kritis di Indonesia Belum Optimal )
Kesepuluh potensi obat herbal ini, menurut Ketut seperti dikutip dari situs itb.ac.id, telah melalui berbagai uji coba. Pengujian itu termasuk penelitian kandungan senyawa aktif, memakai hewan percobaan, dan diuji langsung ke penderita kanker. Hasilnya, semua obat herbal itu dapat menekan aktivitas sel kanker.
Salah satu yang sudah banyak digunakan adalah daun sirsak. Saat dibandingkan dengan obat kanker yang standar digunakan, yaitu tamoxifen, senyawa aktif dari daun sirsak ternyata lebih baik untuk menekan sel kanker.
Mengutip dari situs Alodokter.com, ekstrak buah sirsak juga kaya antioksidan yang dapat membunuh beberapa jenis sel kanker hati dan payudara. Ekstraknya juga dapat menghambat pertumbuhan sel kanker pancreas dan prostat. Selain itu, potensi lainnya yang menarik adalah melinjo. “Ternyata, biji melinjo memiliki kandungan senyawa aktif yang sangat baik menekan pertumbuhan sel kanker yaitu gnetin C dan trans-resveratrol,” kata Ketut. *[ SM ] ??