SINARBANTEN.COM, Lebak – Meski berada di daerah rawan gempa, namun setiap kali terjadi gempa rumah-rumah di perkampungan Suku Baduy tidak pernah mengalami kerusakan apa pun. Terakhir tercatat gempa mengguncang Kabupaten Lebak, Banten, berkekuatan 6,1 SR dengan 40 kali gempa susulan, terakhir berkekuatan 5,1 SR, tak membuat rumah suku Baduy roboh. Kenapa?
Sebab, suku asli Banten yang sedang menjalani puasa Kawalu selama tiga bulan itu memiliki cara tradisional yang telah dilakukan oleh nenek moyangnya. Cara itu cukup ampuh untuk meminimalisasi bencana gempa, yakni dengan membangun rumah tahan gempa.
Salah satu suku Baduy Luar, Sugarto, mengungkapkan gempa Banten terasa cukup kuat di perkampungan Baduy. Bahkan, rumah Sugarto sampai bergoyang. Namun, tak ada sedikit pun kerusakan.
“Rumah kita kan panggung. Jadi kalau ada gempa, ngikutin aja goyang-goyang, tapi enggak kayak tembok, kalau tembok goyang retak, kalau rumah panggung kita, ngikutin goyang-goyang,” kata Sugarto, Senin (1/4/2019).
Kendati gempa yang terjadi pada Selasa, 24 Desember 2018 yang lalu terasa kuat di perkampungan Baduy, tak ada korban jiwa ataupun kerusakan apa pun. “(Warga) Pada kaget, cuma kan rumah kita anti-gempa. Kerasa (goncangan), tapi enggak ada kerusakan,” ucapnya.
Jika pun ada kerusakan, skalanya sangat kecil. Seperti yang terjadi di Terminal Ciboleger, tempat terakhir wisatawan memarkir kendaraannya. Patung selamat datang suku Baduy hanya runtuh sedikit. “Kalau Ciboleger banyak kerusakan-kerusakan kecil. Kalau (di dalam perkampungan) Baduy enggak ada (kerusakan),” jelasnya. *[ HGR ] ??