SINARBANTEN.COM, Tangsel – Sekretaris MUI Tangsel, Abdul Rojak menginginkan masyarakat Tangerang Selatan (Tangsel) akan bahaya politisasi agama yang kini menjadi jualan Pemilu maupun Pilpres 2019.
Pernyataan tersebut diungkapkan Rojak di Forum Grup Discussion (FGD) ‘Peran Agama Dalam Menjaga Stabilitas Politik dan Keamanan Menjelang Pemilu 2019’ bertempat di salah satu restoran di BSD, Selasa (22/1/2018).
Rojak, berharap masyarakat bisa menjadi pemilih cerdas di tengah maraknya isu politisasi agama pada Pemilu 2019 ini. Jangan sampai masyarakat Tangsel termakan isu agama dan menjadikan agama sebagai alat politik.
“Saya berharap warga Tangsel jadi pemilih yang cerdas, rasional, yang tidak menjadikan isu-isu agama, untuk jualan politik, untuk meraih suara dan lain sebagainya. Agama itu tuntunan, agama itu dasar, norma untuk kita hidup lebih baik gitu kan,” kata Rojak.
Menurutnya, dalam Islam memang diajarkan mengenai politik (Assiyassah). Namun politik dalam Islam, tidak merujuk pada satu kelimpok tertentu.
“Agama sebagi pedoman hidup manusia, banyak mengandung nilai moral etika, syariat dan lain sebagainya. Dan agama itu di dalamnya juga memuat tentang politik, cuma memang politik keagaman itu dalam pengertiannya tidak mengarah kepada kepentingan kelompok tertentu,” ujarnya.
Rojak beranggapan jika agama dipolitisasi, akan membuat agama itu sendiri terdegradasi. Sehingga ditakutkan, nilai-nilai luhur dalam agama tak lagi dipandang dan lebih buruk, bisa ditolak.
Kata Rojak agama itu lebih besar. Mengayomi semua kelompok semua ras, jadi ketika agama itu dibawa ditarik ke politik. Artinya agama itu ditarik untuk kepentingan satu kelompok dengan membawa simbol-simbol agama.
“Contohnya agama Islam ketika ditarik kelompok tertentu, akhirnya terjadi gap, karena harusnya agama mengayomi semua kelompok, ditarik oleh sebuah kelompok untuk kepentingannya. Akhirnya kan terjadi perang, antar satu kelompok yang seagama saja terjadi konflik,” tandasnya. [ HH ] ??