DKPP SERANG: Akibat tsunami, Nelayan Rugi Rp 1,2 Miliar

SINARBANTEN.COM, Serang – Akibat adanya bencana tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018), maka Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Serang menaksir kerugian nelayan  mencapai Rp 1,2 miliar. Kerugain tersebut dikarenakan banyak kapal-kapal nelayan yang rusak.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap pada DKPP Kabupaten Serang, Nurdhian Pramuaji mengatakan, berdasarkan hasil verifikasi lapangan, dampak tsunami di Kabupaten Serang ada di dua kecamatan yakni Anyer dan Cinangka. Namun dalam hal ini yang terparah ada di Cinangka.

“Kalau Anyer tidak terlalu parah. Cuma secara infrastruktur memang tidak terlalu berdampak tapi untuk nelayan cukup banyak juga nelayan di Anyer yang terdampak,” ujarnya, Rabu (16/1/2019).

Nurdhian menjelaskan, hasil pendataan menyebutkan di Kecamatan Cinangka ada tiga desa terdampak yakni Umbul Tanjung, Bulakan dan Karangsuraga. Dari tiga desa itu yang terparah ada di Karang suraga dengan jumlah kerusakan 56 unit perahu dan sampan, Bulakan 23 unit serta Umbul tanjung 10 unit.

Sedangkan untuk Kecamatan Anyer ada di dua desa yakni Bandulu dan Anyer. Dari dua desa tersebut total perahu dan sampan rusak sekitar 18 unit.

“Berdasarkan hasil taksiran kerugian itu kita taksir Rp 1,2 miliar. Jadi terdiri dari perahu dan sampan. Paling banyak sampan. Perahu ukuran sedang rata-rata di bawah 5 GT. Kalau yang di lapangan itu sampan dibawah 1 GT,” katanya.

Untuk jenis dan nilai kerusakan, pihaknya membagi tiga kategori yakni rusak ringan, sedang dan berat. Untuk sampan yang rusak ringan nilai kerugiannya antara Rp1-3 juta, sedang Rp 5-7 juta, berat Rp 10-12 juta. Sedangkan untuk perahu yang rusak ringan Rp 10 juta, sedang Rp 30 juta dan berat Rp 50-60 juta. “Yang perahu rusak berat itu sampai ada yang hilang mesin,” ucapnya.

Disinggung soal adanya bantuan, Nurdhian menjelaskan untuk sementara pihaknya hanya melakukan pendataan. Data tersebut nantinya akan diberikan kepada Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta ke Provinsi Banten. Sedangkan bantuan dari dinas sendiri tidak ada.

“Tapi besok ada rapat koordinasi 2 provinsi (Banten dan Lampung) dengan dirjen tangkap di Jakarta, terkait pascabencana atau pemulihan. Harapannya ada CSR yang masuk. Kemarin dari BPBB sudah memberikan alokasi bantuan tunai Rp 500-1,2 juta per nelayan itu sudah dimanfaatkan untuk perbaikan ringan,” tuturnya.

Untuk sementara para nelayan saat ini masih banyak yang belum melaut. Ada beberapa faktor pertama karena kapalnya rusak berat sehingga butuh waktu untuk perbaikan. Kedua kondisi cuaca saat ini sedang angin barat. Sehingga akan berpengaruh pada produksi ikan karena trip penangkapan berkurang. “Berkurang sekitar 30 persen nelayan yang melaut. Kalau jumlah total nelayan terdampak sekitar 120 orang, itu nelayan pemilik kapal yah,” katanya.

Sementara, Sekretaris DKPP Kabupaten Serang Suhardjo beraharap ada bantuan untuk para nelayan terdampak tersebut. Namun dalam hal ini, bantuan berupa kapal tidak bisa asal diberikan. Sebab model kapal di setiap daerah itu berbeda. Itu tergantung perairannya.

“Jika yang dalam itu lancip yang dangkal itu lebar bawah kapalnya. Kalau Pasauran itu enggak terlalu dalam. Jadi bentuk kapal itu tergantung kedalaman dan kebiasaan masyarakat. Sedangkan untuk harga kapal berukuran kecil sekitar Rp 15 juta. Berukuran besar di atas 5 GT harganya di atas Rp 150 juta, “Pungkasnya. *[ AA ] ??