Kenapa Gojek dan Tokopedia Rekrut Eks Pejabat BI?

SINARBANTEN.COM, Jakarta — Pada hari Kamis (10/1/2019) lalu, Tokopedia mengumumkan pengangkatan mantan Gubernur Bank Indonesia dan mantan Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebagai Komisaris Utama. Sebelumnya, Go-Jek juga menempatkan mantan pejabat sebagai anggota Dewan Komisaris.

Ronald Waas, yang pernah menempati posisi Deputi Gubernur Bank Indonesia, adalah anggota Dewan Komisaris Gojek bersama mantan anggota Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Kusumaningtuti S. Soetiono.

Saingan utama Gojek, Grab juga sempat merekrut mantan Kapolri Badrodin Haiti sebagai Komisaris Utama Grab Indonesia. Namun, Badrodin mengundurkan diri karena telanjur diangkat sebagai Komisaris Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

Di perusahaan teknologi finansial UangTeman, ada mantan Anggota Dewan Komisioner OJK Firdaus Djaelani yang menempati posisi penasihat.

Bukalapak, perusahaan dagang-el lain yang berstatus unicorn, merekrut Teddy Oetomo sebagai Chief Strategy Officer. Teddy berpengalaman panjang di bidang finansial yaitu di Credit Suisse dan Schroders.

Beberapa profesional lain memutuskan memulai perusahaan teknologi sendiri. Co-Founder Investree Adrian Gunadi sebelumnya bekerja di PT Bank Muamalat Tbk., sedangkan mantan CEO PT Indosat Tbk. Alexander Rusli kini membangun perusahaan teknologi DigiAsia Bios.

Kenapa startup teknologi yang diawaki anak muda mencari eksekutif berpengalaman setelah tumbuh menjadi perusahaan besar?

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) Ignatius Untung menjelaskan bahwa ada beberapa alasan yang mendorong pelaku usaha muda sebagai pendiri perusahaan rintisan merekrut profesional berpengalaman atau mantan pejabat.

Pertama, pendiri ingin memanfaatkan pengalaman para profesional tersebut dalam mengelola organisasi besar seiring dengan semakin gemuknya perusahaan rintisan yang mereka bangun.

Kedua, nama besar di dunia bisnis bisa memberikan akses ke pemangku kepentingan termasuk regulator dan investor.

“Selama top management masih dipegang orang muda yang lebih paham nature bisnis digital, harusnya tidak conflicting,” kata Untung.

Dalam 2 tahun terakhir, upaya Tokopedia melebarkan sayap ke bisnis teknologi finansial terkendala oleh lisensi dompet digital untuk produk TokoCash. Dampaknya, perusahaan tersebut memutuskan menggandeng OVO sebagai mitra penyedia dompet pembayaran.

Di sisi lain, Gojek lebih leluasa mengembangkan dompet digitalnya yaitu Go-Pay. Saat perkembangan TokoCash dan BukaDompet terhambat lisensi, Go-Pay semakin terus tumbuh dari sekadar dompet digital untuk pengguna jasa transportasi Gojek menjadi alat pembayaran yang punya mesin EDC sendiri.

Wakil Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Donald Wihardja menegaskan bahwa perusahaan seperti Tokopedia dan Gojek sudah bukan lagi perusahaan rintisan, melainkan sebuah perusahaan teknologi raksasa. Pada fase ini, perusahaan-perusahaan tersebut membutuhkan gaya manajemen yang berbeda.

Dalam dunia startup, jelasnya, struktur organisasi memiliki sebutan yang khas berdasarkan jumlah staf. Perusahaan dengan anggota hingga 15 orang dikenal dengan tribe, perusahaan dengan jumlah pegawai hinggai 100 orang disebut dengan village, sedangkan organisasi dengan 1.000 anggota disebut dengan town.

Donald menjelaskan bahwa startup biasanya perlu founder yang luwes bisa mengelola hingga 100 orang staf. Namun, semakin besar perusahaannya mereka harus membawa tim manajemen yang semakin mantap.

“Maksudnya, yang semakin berpengalaman. Karena eks professional gajinya besar, dengan share minim,” katanya.

Pada tahap ini, lanjutnya, fungsi Founder mulai mendelegasikan pengelolaan perusahaan sehari-hari sehingga mereka berfokus membangun budaya perusahaan.

“Mereka harus tahu waktu yang tepat untuk step down. Sergei Brin dan Larry Page dari Google sekarang mengisi posisi non-fungsional. Lebih menjadi penasihat karena perusahaannya sudah terlalu besar untuk mereka kelola sendiri,” papar Donald. *[ SM ] ??