SINARBANTEN.COM, Serang – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mempublis hasil penelitian intoleransi dan radikalisme di Indonesia, dari hasil penelitiannya menyebutkan dunia maya menjadi salah satu sarana penyebaran paham radikalisme yang masif dan efektif. Paham radikalisme disebar melalui narasi-narasi kebencian dan intoleransi yang secara tidak sadar meracuni pemikiran seseorang.
Puslid Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Wijayanti M Santoso mengatakan, Untuk memutus mata rantai itu, tidak cukup mengkonter dengan narasi keagamaan atau narasi tandingan. Tetapi perlu identifikasi dan analisis mendalam pada proses produksi narasi tersebut.
“Kita harus punya strategi untuk menjawab mengatasi intoleransi dan radikalisme untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran tanpa tekanan dari pihak lain,” kata Wijayanti, Kota Serang, Jum’at (23/11/2018).
Menurutnya, masalah radikalisme dan intoleransi baik di dunia maya dan di dunia nyata yang menguat akhir-akhir ini perlu mendapatkan perhatian serius dari seluruh elemen masyarakat, sehingga, kedamaian di negara Indonesia bisa terwujud.
Adapaun tujuan dari penelitian ini, lanjut Wijayanti, sebagai refleksi atas keperihatinan pihaknya atas situasi yang terjadi di Negara ini. “Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian kita untuk menjawab pertanyaan bangsa,” pungkasnya.
Sementara, Staf Peneliti LIPI, Saeful mengungkapkan, adanya sikap intoleransi dan radikalisme dalam kehidupan keseharian harus dicermati secara seksama, namun kata Saeful, yang harus dicermati dsn diperhatikan pada ranah gesekan politiknya, pasalnya, tidak sedikit para politisi mengakomodir masalah ini untuk kepentingan kelompoknya.
Sebagai informasi, sebenarnya Banten mempunyai sejarah panjang tentang sikap toleransi dan ini harus diakui dan dipertahankan, karena ini adalah warisan dari kesultanan Banten. *[ HGR ] ??