SINARBANTEN.COM, Serang – Di dalam Kontestasi pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi Banten 2024, dinasti keluarga Ratu Atut menurunkan empat orang untuk bertarung di Pilkada serentak 2024 yaitu adik ipar Ratu Atut; Pasangan Airin-Ade Sumardi di Provinsi Banten,
Putra Ratu Atut; Pasangan Andika-Nanang Supriatna di kabupaten Serang,
Di kota Serang adik tiri Ratu Atut; Pasangan Ratu Ria-Subadri Ushuludin, dan di kota TangSel keponakan Ratu Atut; Pilar Saga Ichsan sebagai wakil wali berpasangan dengan Benyamin.
Diantara empat orang keluarga Ratu Atut yang ikut dalam kontestasi Pilkada Banten, cuma satu yang berhasil menang yaitu keponakan Ratu Atut; Pilar Saga Ichsan sebagai wakil wali kota TangSel.
Pasangan Benyamin-Pilar berhasil meraih 354.026 suara atau 62 persen, unggul atas lawannya yang meraih 212.740 suara atau 38 persen.
Apa sebenarnya yang menyebabkan dominasi dinasti politik Ratu Atut Chosiyah banyak kalah di Pilkada Banten?
Menurut pengamat Politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Ahmad Sururi, sebenarnya ada beberapa faktor penyebab kekalahan keluarga Ratu Atut yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu pengaruh jaringan politik dinasti di Banten sudah melemah (tidak efektif lagi), khususnya di Kota Serang yang mayoritas pemilihnya sudah berpikiran maju.
Tidak dapat dipungkiri, ketiadaan figur sentral seperti Tubagus Chasan Sochib, ayah Ratu Atut, membuat keluarga ini kehilangan tokoh pemersatu.
Faktor eksternal yaitu tidak solidnya dukungan dari Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) juga turut berkontribusi.
“Kemungkinan besar, warga Banten sudah mulai cerdas dalam memilih pemimpinnya sehingga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dinasti politik semakin rendah, meskipun perlu analisis lebih lanjut apakah ini akibat meningkatnya kesadaran politik atau ada faktor lain seperti intervensi pemerintah pusat,” tandasnya. *[ Redaksi SB ] 🙏🙏





























