Pakar IPB Ungkap 3 Prediksi Kapan Pandemi Covid 19 Berakhir

SINARBANTEN.COM, Jakarta – Kapankah pandemi COVID-19 berakhir? Itulah pertanyaan yang sering dilontarkan orang. Menjawab pertanyaan tersebut, Profesor Husin Alatas, pakar fisika IPB University memberikan penjelasan tentang prediksi pandemi COVID-19 menggunakan keahliannya. Sebagai fenomena alam yang teramati, pandemi merupakan akumulasi dari interaksi berbagai komponen alam terkait.

Pandemi COVID-19 merupakan salah satu fenomena dengan karakteristik yang juga mengikuti kaidah interaksi dalam fisika. Artinya, kejadian pandemi COVID-19 dapat dimodelkan dan diprediksi kelanjutannya.

“Model yang bisa dikembangkan salah satunya adalah berdasarkan model Ising untuk melihat pola penyebaran COVID-19 secara lokal. Model ini biasa digunakan dalam kajian zat padat. Selain itu juga digunakan model diskrit sigmoid untuk melakukan prediksi jangka panjang yang bersifat global, disamping model SIR yang banyak digunakan orang,” terangnya dikutip dari laman IPB, Selasa (28/12/2021).

Selanjutnya, Profesor Husin Alatas memberikan 3 prediksi kapan pandemi COVID-19 berakhir

  1. PREDIKSI MENGGUNAKAN MODEL MATEMATIS

Prof Husin menyampaikan prediksi pandemi COVID-19 yang bisa dilakukan melalui model matematis atau komputasi bergantung pada data hasil pengukuran di lapangan. Data tersebut terkait kondisi terkini laju reproduksi dasar penyebaran (R0) yang menunjukkan tingkat penyebaran virus dari satu individu ke sejumlah individu dalam rentang waktu tertentu.

Dari sudut pandang fisika, membatasi intensitas interaksi melalui “physical distancing” dan penggunaan masker memang merupakan dua cara yang paling ampuh untuk mencegah penyebaran COVID-19, di samping melalui upaya vaksinasi. Kedua cara tersebut secara signifikan mampu menurunkan tingkat intensitas interaksi antar orang.

  1. BISA BERUBAH MENJADI FENOMENA ENDEMI

Berdasarkan pemodelan diskrit sigmoid yang dikembangkan oleh Departemen Fisika IPB University, apabila laju reproduksi dasar penyebaran yang relatif kecil terus berlanjut dan tidak mengalami peningkatan signifikan setelah libur nataru, dapat diprediksi bahwa pandemi COVID-19 dapat segera berakhir dan berubah menjadi fenomena endemi.

Fenomena ini akan terjadi dengan catatan “physical distancing” serta penggunaan masker tetap dilakukan hingga kondisi endemi tercapai. Tidak hanya itu, kondisi tersebut juga dapat tercapai bila varian baru Omicron dapat ditangani pencegahan penularannya dengan baik.

Belajar dari sejarah sebuah pandemi, Prof. Husin menyampaikan bahwa hal ini sangat bergantung pada berbagai hal. Faktor yang dimaksud seperti jumlah kepadatan penduduk serta pola mobilitas, tingkat kesadaran pentingnya mengikuti arahan dari otoritas kesehatan masyarakat dan lainnya.

“Sejarah menunjukkan Spanish Flu Pandemic di awal abad 20 lalu, saat penduduk bumi masih relatif sedikit, berlangsung sekitar 2-5 tahun dengan ditandai beberapa kali gelombang puncak pandemi,” katanya.

  1. MENGURANGI INTERAKSI KERUMUNAN JADI KUNCI UTAMA

Meski jumlah penduduk bumi saat ini telah bertambah secara signifikan dibanding awal abad 20 lalu, namun kemajuan sains dan ketersediaan teknologi informasi yang memudahkan orang berkomunikasi secara global, merupakan faktor-faktor yang dapat mempercepat berakhirnya pandemi.

Prof. Husin melanjutkan, apabila melihat kecenderungan perkembangan belakangan ini, mengurangi interaksi yang bersifat kerumunan massa merupakan kunci utama bertansformasinya pandemi COVID-19 menjadi endemi.

Selain itu, upaya ini dapat dibarengi dengan memperlonggar interaksi orang dalam grup kecil. Tidak hanya itu, ketentuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) bertingkat yang dilakukan oleh pemerintah harus diakui memberikan dampak positif bagi terwujudnya perubahan tersebut. *[ Redaksi SB ]🙏🙏