Tingkat Pengangguran Terbuka di Banten 7,58% Atau 465.807 Orang

SINARBANTEN.COM, Serang – Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Banten Tutty Amalia mengatakan, jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 di Banten sebanyak 6,14 juta orang, naik 53.916 orang dibanding Februari 2018 di angka 6,08 juta jiwa. Untuk komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Artinya, selain ada yang bekerja, ada juga warga berstatus pencari kerja atau pengangguran.

“Pada Februari 2019, sebanyak 5,676 juta orang adalah penduduk bekerja dan sebanyak 465.807 orang menganggur. Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 60.863 orang dari 5,61 juta, sedangkan pengangguran berkurang 6.947 orang dari 472.754 jiwa. untuk TPT di Banten pada Februari 2018 sebesar 7,77 persen turun menjadi 7,58 persen pada Februari 2019,” ujarnya saat menggelar ekspos keadaan ketenagakerjaan Banten di Kantor BPS Provinsi Banten, KP3B, Kecamatan Curug, Kota Serang, Senin (7/5/2019).

Ia menjelaskan, dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT di perkotaan tercatat lebih rendah dibanding wilayah pedesaan. Pada Februari 2019, TPT di wilayah perkotaan sebesar 7,45 persen, sedangkan TPT di wilayah pedesaan sebesar 7,91 persen.

“Dibandingkan setahun yang lalu, baik di perkotaan maupun di pedesaan TPT mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,13 persen poin dan 0,33 persen poin. TPT ini menempatkan Banten di posisi kedua tertinggi secara nasional. TPT tertinggi tercatat ada di Jawa Barat dengan 7,73 persen,” katanya.

Jika dirinci dari tingkat pendidikan pada Februari 2019, kata dia, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih jadi penyumbang tertinggi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 11,65 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada tingkat SMA 10,06 persen.

“Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja tidak terserap terutama pada tingkat pendidikan SMK dan SMA Umum. Penawaran pekerjaan lebih memilih mereka yang berpendidikan tinggi, ini terlihat dari TPT Pendidikan tinggi yang cukup rendah masing-masing sebesar 3,87 persen untuk tingkat diploma I/II/III dan 5,69 persen tingkat universitas,” ungkapnya.

Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2019 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah sebanyak 1,89 juta orang (33,27 persen) dan SMA sebanyak 1,14 juta orang (20,07 persen). Kemudian, SMP sebanyak 991,48 ribu orang (17,47 persen) dan SMK sebanyak 796,34 ribu orang (14,03 persen).

Sementara itu, penduduk bekerja berpendidikan tinggi atau diploma ke atas ada sebanyak 861,11 ribu orang (15,17 persen) mencakup 175,33 ribu orang berpendidikan Diploma I/II/III dan 685,77 ribu orang berpendidikan universitas .

“Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja yang meningkat adalah mereka yang berpendidikan SMP sebesar 2,30 persen poin, SMA 1,64 persen poin dan SMK 0,99 persen poin. Sementara penurunan persentase terutama pada penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah sebesar 3,29 persen poin, diploma 1,18 persen poin dan Universitas 0,46 persen poin,” tuturnya.

Lebih lanjut dipaparkan Tutty, sementara untuk tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada Februari 2019 tercatat sebesar 66,19 persen. Angka itu mengalami penurunan sebesar 0,87 persen dibandingkan Februari 2018. Penurunan ini disebabkan terjadinya pergeseran penduduk dalam angkatan kerja ke bukan angkatan kerja.

“Keadaan ketenagakerjaan yang dirilis pada Februari 2019 tidak bisa dibandingkan dengan rilis Agustus 2018. Itu fenomena yang berbeda. Pada Agutus banyak uang lulus tahun ajaran dari SMA/K. Sedangkan Februari masih bersekolah,” ujarnya.

Seperti diketahui, TPT Banten pada Agutus 2018 berada pada posisi 8,52 persen dengan 496,73 ribu orang menganggur. Angka itu menempatkan Banten sebagai provinsi dengan TPT tertinggi se-Indonesia.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinaskertrans) Provinsi Banten Al Hamidi mengamini, lulusan SMK masih menjadi penyumbang pengangguran tertinggi. Akan tetapi, dia membantah jumlah pengangguran di Banten mencapai 465.807 orang.

“Ada 675 SMK di Banten yang 600 swasta yang 75 itu negeri. Kelulusan 70.000 orang (per tahun), jelas lah SMK (penyumbang pengangguran tertingi). Berdasarkan pendataan kartu kuning angka pengangguran di Banten itu hanya 80.000 orang per 2018. Perkara seperti itu (perbedaan data-red), kita ikut saja karena data kita tak akan diakui oleh BPS,” paparnya.

Untuk pengentasan pengangguran, Disnakertrans secara terus menerus melakukan berbagai upaya. Diantaranya, meningkatan kompetensi calon tenaga kerja, membentuk pelatihan unuk ditempatkan kerja hingga perekrutan tenaga kerja yang hampir dilakukan tiap pekan.

Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten merilis keadaan ketenagakerjaan Banten pada Februari 2019 dimana tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 7,58 persen. Jika dikonversikan, terdapat 465.807 warga Banten yang belum memiliki pekerjaan.
*[ YM ] ??