Ternyata Medsos Pemicu Terbesar Perceraian di Banten

SINARBANTEN.COM, Serang – Dari tahun ke tahun, angka perceraian pasangan suami istri di Provinsi Banten masih tinggi. Salah satu pemicu terbesar retaknya hubungan rumah tangga tersebut, ditenggarai media sosial (medsos). Terlalu aktif di medsos, menjadi salah satu faktor rusaknya hubungan rumah tangga dari pasangan suami istri.

Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Banten Bazari Syam mengatakan, aktivitas di media sosial bisa berpengaruh terhadap kondisi rumah tangga seseorang. “Soalnya, di medsos ini rentan dengan isu fitnah. Misalnya, saya lagi foto bareng dengan lima orang, lalu foto itu di-croft menjadi berdua saja. Akhirnya kan itu bisa menimbulkan prahara,” kata Bazari saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (29/11/2018).

Bazari mengatakan, medsos juga sudah merubah tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya, dia menontohkan budaya silaturahmi yang sudah mulai terkikis akibat besarnya pengaruh medsos terhadap kehidupan seseorang.

“Kalau dulu buat pasangan suami istri, itu ada istilah jauh di mata dekat di hati. Walaupun jauh juga selalu merasa bersamaan. Sekarang bersama-sama tapi hatinya jauh. Itu bisa kita lihat, kalau misalnya ada pasangan yang lagi duduk berduaan, tapi mereka tidak bersahutan. Mereka asik dengan ini (Sambil menunjuk telepon genggamnya) saja,” ujar Bazari.

Jika terus dibiarkan, Bazari khawatir faktor ini akan semakin memicu tingginya angka perceraian pasangan suami istri. Oleh karena itu, kata dia, para calon pasangan suami istri harus didorong agar memiliki pemahaman pentingnya penggunaan medsos dalam kehidupan sehari-hari. “Faktor-faktor itu harus diajarkan kepada masyarakat, kalau tidak ada pendidikan bisa rapuh. Wong hari ini semua orang itu menggunakan medsos semau dia,” tuturnya.

Selain faktor medsos, tingkat kesejahteraan istri melebihi suami juga menjadi salah satu faktor terbesar lainnya dalam angka perceraian tersebut. Dalam situasi ini, Bazari mengibaratkan bahwa istri akan memiliki sikap tidak hormat dan tidak mau memperdulikan bagaimana kondisi suaminya lantaran gaji yang ia miliki lebih besar. “Ngapain punya suami, punya suami juga duitnya dari saya. Kan begitu ibaratnya,” katanya.

Padahal, kata Bazari, rejeki sebuah hubungan keluarga bukan hanya dilihat dari faktor keuangan. Namun, faktor kesehatan juga menjadi berkah yang harus disukuri oleh keluarga tersebut. “Rizki yang diberikan kepada suami itu jangan hanya diartikan uang, masih ada kan rizki besar yang diberikan Tuhan kepada suamimu. Misalnya kekuatan fisik, belum tentu yang lain punya suami bisa gagah. Ituk juga kan rizki dari Tuhan,” ujarnya. *[ AA ] ??